Ilmu Kalam (4): Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
Oleh:
Alwanul Haq
Kritik terhadap teologi Tradisional
Teologi islam (ilm al-kalam
asy’ari), secara teoritis, menurut Hasan Hanafi, tidak bisa dibuktikan
secara ‘ilmiah’ maupun ‘filosofis’. Teologi yang bersifat dialektik lebih
diarahkan untuk mempertahankan doktrin dan memelihara kemurniaannya, bukan
dialektik tentang konsep watak sosial dan sejarah, disamping ini ilmu
kalam juga sering disusun sebagai persembahan kepada para penguasa, yang
dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi. Hingga pemikiran teologi lepas dari
sejarah. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa teologi
tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan
untuk memelihara kemurniannya.Kondisi ini berbeda
dengan kenyataan sekarang bahwa Islam mengalami kekalahan akibat
kolonialisasi, sehingga perubahan kerangka konseptual lama pada masa-masa permulaan yang berasal dari
kebudayaan klasik menuju kerangka konseptual yang baru yang berasal dari
kebudayaan modern harus dilakukan.
Hanafi memandang teologi
bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan
merefleksikan konflik sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan
tindakan yang sah dan dibenarkan karena merupakan produk
pemikiran manusia yang terbuka untuk dikritik.Hal ini sesuai dengan
defenisi beliau tentang teologi itu sendiri, bahwa teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan karena Tuhan tidak
tunduk pada ilmu.Tuhan mengungkapkan diri
dalam Firman-Nya yang berupa wahyu.
Dalam pandangan hanafi , adalah protes , oposisi dan
refolusi. Baginya, islam memiliki makna ganda. Pertama, islam sebagai ketundukan.,
yang diberlakukan oleh kekuatan politik kelas atas. Kedua, islam sebagai
revolusi, yang diberlakukan oleh mayoritas yang tidak berkuasa dan kelas
orang miskin.
Rekontruksi
Teologi
Sebagai konsekuensi atas
pemikirannya yang menyatakan bahwa para ulama tradisional telah gagal dalam
menyusun teologi yang modern, maka Hanafi mengajukan saran rekontruksi teologi.
Karena menganggap teologi islam
tidak ‘ilmiah’ dan tidak ‘membumi’, Hanafi mengajukan konsep baru tentang
teologi Islam. Tujuannya untuk menjadikan teologi bukan sekedar sebagai dogma
keagamaan yang kosong, melainkan menjelma sebagai ilmu tentang perjuangan sosial,menjadikan
keimanan berfungsi secara aktual. Karena itu gagasan Hanafi yang berkaitan
dengan teologi, berusaha untuk mentransformasikan teologi tradisional yang
bersifat teosentris menuju antroposentris dari Tuhan kepada manusia (bumi).
Pemikiran ini didasarkan pada dua alasan yaitu : Pertama,
kebutuhan akan adanya sebuah ideologi (teologi) yang jelas di tengah
pertarungan global antara berbagai ideologi. Kedua, pentingnya teologi
baru yang bukan hanya bersifat teoritik tetapi sekaligus praktis yang bisa
mewujudkan sebuah gerakan dalam sejarah.
Untuk mengatasi kekurangan teologi
klasik yang dianggap tidak berkaitan dengan realitas sosial, Hanafi menawarkan
dua teori yaitu Analisa bahasa dan analisa Realitas.
Bahasa dalam
teologi klasik adalah warisan nenek moyang dalam bidang teologi yang khas
dan seolah-olah sudah menjadi doktrin. Adapun analisa Realitas. Menurut Hanafi
analisa realitas dilakukan untuk
mengetahui latar belakang historis-sosiologis, munculnya teologi di masa lalu
dan bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat atau para penganutnya. Dalam mengembangkan pemikiran
teologinya, Hasan Hanafi menggunakan metode Fenomenologi dan Hermeneutik.
Fenomenologi
adalah sebuah metode berfikir yang berusaha untuk mencari hakekat sebuah
fenomena atau realitas. Hanafi
menggunakan metode ini untuk menganalisa dan memahami realitas sosial, politik
dan ekonomi. Hanafi ingin agar realitas islam berbicara bagi dirinya sendiri,
bahwa islam adalah Islam yang harus dilihat dari kacamata islam itu sendiri,
bukan dari kacamata Barat. Jika Barat dilihat dari kacamata barat dan Islam
juga dilihat dari Barat, akan terjadi ‘sungsang’, ketidak tepatan.
Hermeneutik adalah
sebuah cara penafsiran teks atau simbol. Metode ini mensyaratkan adanya
kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami, kemudian dibawa ke
masa sekarang. Hanafi menggunakan metode Hermeneutik untuk melanfirkan
gagasannya berupa antroposentrisme teologis dari wahyu kepada kenyataan, bagi hanafi
yang dimaksud hermeneutik bukan saja interpretasi ( tafsiran) tetapi ilmu yang
menjelaskan tentang pikiran tuhan kepada tingkat dunia, dari yang sakral
menjadi realitas sosial.
Ket: Diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar