Ilmu Kalam (1): Riwayat Hidup Singkat Ismail
Al-Faruqi
Oleh:
Alwanul Haq
Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa,
Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Pada tahun 1926-1936 bersekolah di
Colleges des Freres yang terletak di Libanon. Kemudian pada tahun 1941 lulus
dari American University of Beirut.Ismail lalu bekerja untuk pemerintah Inggris
di Palestina. Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai Gubernur Galilea. Tapi,
setelah Israel mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika Serikat.Di Amerika, ia
melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana
dan University of Harvard.Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar
doktor filsafat di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun
1952.Dia kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya
universitas di Kanada, Pakistan dan Amerika Serikat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru
besar Studi Islam di Temple University,
Amerika Serikat.Sebagai anak Palestina,
al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel yang
menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan tegas membedakan
Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia berkata bahwa Islam
adalah agama yang menganggap agama Yahudi sebagai agama tuhan, yang ditentang
Islam adalah politik Zionisme.Pembunuhan atas dirinya dan istrinya diduga karena
kritiknya yang keras terhadap kaum Zionis Yahudi.Kematian Ismail Raji al-Faruqi
meninggal dunia karena dibunuh pada tanggal 27 Mei 1986 di rumahnya.
Pada era ini ,sebagaimana diungkapkan
oleh ismail al-faruqi ,kondisi dunia islam sangat tidak menggembirakan
sekalipun dalam kuantitas besar umat islam berdomisili di tanah yang subur
dengan sumber daya alam yang melimpah. Kemakmuran peradaban barat dan marginalisasi masyarakat
islam adalah wajah peradaban dunia awal era teknis modern.Yang terjadi adalah
padamnya intelektual ,estetika ,kejayaan material dan kegemilangan-kegemilangan
masa lalu. Umat islam hanya puas dengan karya-karya kreatif para pendahulunya
dan terbuai dengan kebanggaan sejarah masa lalu tanpa mengetahui bagaimana
langkah kedepan. Umat islam akhirnya menjadi minoritas yang sama sekali tidak
diuntungkan karena dalam cengkeraman imperialisme barat.
Jatuhnya
mesir ditangan perancis ,dan jatuhnya dinasti mughal di india ke tangan
imperium inggris telah membuka pandangan umat islam bahwa sesungguhnya telah
muncul peradaban yang tinggi dari negeri eropa yang dapat mengancam kebaradaban
bangsa-bangsa muslim. Dari fenomena yang tidak menggembirakan ini, mayoritas
bangsa-bangsa muslim merespon dengan peperangan untuk menyelamatkan panji-panji
nasionalisme dan kultur keagamaan yang dianutnya . Respon dengan bentuk perlawanan demikian merupakan respon
klasik yang “kaget” terhadap kekuatan eropa barat . Peran para religius leader sangat besar dalam
mengobarkan api jihad melawan bangsa-bangsa penjajah sehingga perang di negeri-negeri
muslim pun dapat berlangsung lama walaupun di sisi teknis dan persenjataan
terjadi ketidak seimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar