Rabu, 08 Maret 2017

Ilmu Kalam (1): Riwayat Hidup Singkat Ismail Al-Faruqi



Ilmu Kalam (1): Riwayat Hidup Singkat Ismail Al-Faruqi
Oleh:
Alwanul Haq

Ismail Raji al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada tanggal 1 Januari 1921. Pada tahun 1926-1936 bersekolah di Colleges des Freres yang terletak di Libanon. Kemudian pada tahun 1941 lulus dari American University of Beirut.Ismail lalu bekerja untuk pemerintah Inggris di Palestina. Pada tahun 1945, dia dipilih sebagai Gubernur Galilea. Tapi, setelah Israel mencaplok Palestina, ia pindah ke Amerika Serikat.Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan University of Harvard.Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952.Dia kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya universitas di Kanada, Pakistan dan Amerika Serikat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University,
Amerika Serikat.Sebagai anak Palestina, al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel yang menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan tegas membedakan Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia berkata bahwa Islam adalah agama yang menganggap agama Yahudi sebagai agama tuhan, yang ditentang Islam adalah politik Zionisme.Pembunuhan atas dirinya dan istrinya diduga karena kritiknya yang keras terhadap kaum Zionis Yahudi.Kematian Ismail Raji al-Faruqi meninggal dunia karena dibunuh pada tanggal 27 Mei 1986 di rumahnya.

Pada era ini ,sebagaimana diungkapkan oleh ismail al-faruqi ,kondisi dunia islam sangat tidak menggembirakan sekalipun dalam kuantitas besar umat islam berdomisili di tanah yang subur dengan sumber daya alam yang melimpah. Kemakmuran peradaban barat dan marginalisasi masyarakat islam adalah wajah peradaban dunia awal era teknis modern.Yang terjadi adalah padamnya intelektual ,estetika ,kejayaan material dan kegemilangan-kegemilangan masa lalu. Umat islam hanya puas dengan karya-karya kreatif para pendahulunya dan terbuai dengan kebanggaan sejarah masa lalu tanpa mengetahui bagaimana langkah kedepan. Umat islam akhirnya menjadi minoritas yang sama sekali tidak diuntungkan karena dalam cengkeraman imperialisme  barat.

           Jatuhnya mesir ditangan perancis ,dan jatuhnya dinasti mughal di india ke tangan imperium inggris telah membuka pandangan umat islam bahwa sesungguhnya telah muncul peradaban yang tinggi dari negeri eropa yang dapat mengancam kebaradaban bangsa-bangsa muslim. Dari fenomena yang tidak menggembirakan ini, mayoritas bangsa-bangsa muslim merespon dengan peperangan untuk menyelamatkan panji-panji nasionalisme dan kultur keagamaan yang dianutnya . Respon dengan bentuk perlawanan demikian merupakan respon klasik yang “kaget” terhadap kekuatan eropa barat . Peran para religius leader sangat besar dalam mengobarkan api jihad melawan bangsa-bangsa penjajah sehingga perang di negeri-negeri muslim pun dapat berlangsung lama walaupun di sisi teknis dan persenjataan terjadi ketidak seimbangan.


Ket: Diolah dari berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar